Kajian Literature Terjemahan Pada Masa Klasik dan Masa Pertengahan " Kajian Ulumul Hadits Indonesia "

MAKALAH
Kajian Literature Terjemahan Pada Masa Klasik dan Masa Pertengahan
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
KAJIAN ULUMUL HADITS DI INDONESIA ”
Dosen Pengampu  :

Disusun Oleh  :
Moh.Fahmi Ilman Nafia                                    (2831133034)
Masruroh                                                            (283113303)                                       
FAKULTAS       : USHULUDIN
JURUSAN         : Ilmu al-Quran dan Tafsir (B)
SEMESTER: V

 

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
OKTOBER 2015



 KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb
Alhamdulillah, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat.segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan semesta alam atas segala berkat, rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kajian Literatur Terjemahan Pada Masa Klasik dan Masa Pertengahan”. Dalam penyusunannya penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.Bpk. Dr.Mafthukin, M.Ag.Selaku rektor IAIN  TULUNGAGUNG
2. , selaku dosen pengampu matakuliah Kajian Ulumul Hadits di Indonesia
3. Kedua orang tua kami yang mendukung penyusunan makalah ini
4. Serta teman-teman sekelas Ilmu al Qur’an dan TafsirB
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

  TULUNGAGUNG, 1 SEPTEMBER, 2015


PENYUSUN     


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................   i
DARTAR ISI..................................................................................................   ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................   1
BAB II  PEMBAHASAN..............................................................................   2
A. Biografi A. Hassan................................................................................   2
B. latarbelakang ditulisnya kitab al-Furqan................................................   3
C. metode penyusunan kitab al-Furqan.......................................................  4
D. corak dan karakteristik kitab al-Furqan...................................................  5
BAB III PENUTUP………………...............................................................   8
DAFTAR PUSTAKA  

           BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dibalik  perkembangan ulumul hadis di Indonesia pastilah didukung dengan adanya literatur-literatur yang mendukng kemajuan perkembangan ulumul hadis, diantaranya adalah literature  pada masa awal, literature pada masa klasik dan masa pertengahan, literature  yang berisis antologi hadis pilihan dan literature kumpulan hadis sebagai materi pelajaran. Nah yang ingin kami bahas pada kesempatan ini adalah literature terjemah pada masa klasik dan pada masa pertengahan dimana contoh literature tersebut adalah tarjamah Riyadh as-Solihin dan tarjamah Nailul Author. Kedua literature tersebut merupakan literatur yang cukup penting dalam perkembangan ulumul hadis di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1.                   Bagaimana biografi Imam Nawawi?
2.                   Bagaimana karakteristik dari kitab Riyadh as-Solihin?
3.                   Bagaimana biografi dari?
4.                   Bagaimana karakteristik dari kitab Nailul Author?














BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Nawawi
Nama lengkap beliau adalah Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husein bin Jam’ah Al-Haazi Muhyiddin Abu Zakariya An.-Nawawi Asy Syafi’i Al-’Allamah, Syaikhul
Madzhab dan termasuk fuqaha’ senior.
 Beliau lahir di Nawa, sebuah desa di selatan Damaskus pada tahun 616 H. Sejak kecil dia selalu menuntut ilmu pengetahuan sehingga pada usia 18 tahun dia sudah terkenal sebagai anak yang paling menonjol diantara kawan-kawan seangkatan nya. Dia memang dikaruniai kemampuan yang luar biasa oleh Tuhan.
Dia sangat ahli dalam bidang fiqih dan hadits. Dalam bidang fiqih dia menjadi tokoh besar dalam madzab syafi’i. Adapun dalam bidang hadits Rasulullah saw dia terkenal sangat teliti dan juga termasuk tokoh yang tidak asing lagi.
Dia banyak sekali menyusun kitab-kitab fiqih yang sangat bermanfaat di antaranya yaitu: Syarah Al Muhadzdzab, Ar Raudiah, Al Minhaj. Dalam bidang hadits yaitu: Syarah Muslim, Al Adzkar An Nawawiyah dan sebagian syarah dari Shahih Bukhari, tetapi yang terakhir ini tidak selesai karena dia dipanggil oleh Allah dalam bidang bahasa yaitu: Thdzibul Asma’ wal Lughat. Dan masih banyak lagi kitab-kitab yang disusunnya yang sangat bermanfaat.
Dia sangat Zuhud dan tidak memperhatikan masalah keduniawian dan dia senantiasa mengikuti jejak langkah para ulama salaf yang shalih. Dia memimpin lembaga Darul Hadits As Shalihiyah di Damaskus.[1] Dia wafat pada tahun 667 H, disusun Nawa, yang mana sebelumnya dia tinggal di Damaskus, baru menjelang kewafatannya dia pindah ke Nawa. Dia hanya berusia kurang lebih 48 tahun dan tidak meninggalkan keturunan karena dia tidak berkeluarga.
Beliau senantiasa berkutat dengan ilmu dan meniti jejak para salaf dalam beribadah,baik dalam hal shalat, shiyam, war dan tidak menyia-nyiakan waktu sedikitpun. Beliau membaca 12 pelajaran setiap harinya dari para syaikh berupa penjelasan maupun pendalaman dan kitab Al-Wasith, juga Al-Muhadzdzab, Al-Jam’u baina Shahihain, Shahih Muslim, Al-Lam’u karya Abu Ishaq AsySyairaazi,Ushul Al-Fiqh, Al-Muntakhib karya Fakhru Ar-Raazi, nama-nama rijalul hadits dan tentang pokok-pokok dien. Beliau juga menta’liq (mengomentari) apa-apa yang berkaitan dengan kitab-kitab tersebut, menerangkan yang sulit dan menjelaskan kaidah-kaidah bahasanya. Allah memberkahi waktu beliau dan membantunya untuk meraih apa yang beliau tekadkan.
Seakan iradah Allah telah mengistimewakan seorang alim yang agung ini untuk berkhidmat kepada ilmu-ilmu syar’i, sehingga pada gilirannya beliau menjadirujukan bagi para ulama dan tumpuan para fuqaha’. Allah telah mencabut dan hati beliau unsur-unsur yang menjadi penghalang bagi tercapainya tujuan ini. Beliau berkata: “Suatu ketika, terdetik di hatiku untuk  menyibukkan din dengan ilmu kedokteran, maka aku membeli kitab Al-Qanun (karya Ibnu Sina) dan aku bertekad untuk menyibukkan din dengannya. Namun hatiku serasa gelap hingga berhari-hari aku tak ada semangat untuk berbuat apa-apa. Lalu aku memikirkan nasib diriku, dan pintu mana aku hendak berbuat. Kemudian Allah Ta’ala mengilhamkan aku untuk berkutat dengan ilmu kedokteran sebagai Sebab (kembalinya semangatku). Maka aku menjual buku tersebut dan aku keluarkan buku-buku di rumahku yang berkaitan dengan ilmu kedokteran, lalu hatiku serasa bersinar dan aku
mendapatkan kembali apa yang telah hilang dariku”.
 Dengan semangat beliau yang tinggi dalam hal ilmu ini, beliau tidak tidur malam melainkan sebentar saja. Beliau tidur sejenak bersandarkan buku-bukunya kemudian bangun untuk mengulangi pelajaran danilmu. Beliau tidak menyia-nyiakan waktu malam ataupun siangnya. Selalu beliau gunakan waktunya untuk sibuk dengan ilmu dan ibadah. Sarnpai-sampai manakala beliau bepergian, ketika berada di jalan beliau tetap asyik mengulang-ulang hafalannya, terlebih dengan banyaknya beliau membaca Al-Qur’an Al-Karim dan kebiasaan beliau untuk senantiasa berdzikir serta berpaling dan dunia menghadapkan wajahnya ke akhirat.
Beliau memiliki karya yang berjumlah banyak, bermanfaat besar dan berfaedah agung. Di antara bab-babnya ada yang telah beliau sempurnakan ada pula yang belum disempurnakan. Di antara karya beliau adalah:
1. Al-Arba’in
2. Riyadhu Ash-Shalihin
3. Al-Minhaaj lisyarhi Shahih Muslim bin Hajjaj
Adapun kitab yang tidak sempat beliau tulis sampai selesai diantaranya adalah:
1. Syarh Al-Muhadzdzab. Ketika tengah menyusun kitab ini-lah beliau wafat. Kitab ini, baru sampai pada pembahasan Riba;
2. At-Tahqiiq. Kitab ini baru sampai pada pembahasan Shalat Musafir;
3. Syarh Muthawwal ’Alat Tanbih. Disebut juga dengan Tuhfatut Thalibin Nabiih, baru sampai pada pembahasan Shalat;
4. Syarh Al-Wasith, disebut juga dengan At-Tanqih, baru sampai pada pembahasan Syarat Shalat; dan
5. Al-Isyarat Ila MaWaqa’a Fir Raudhah Minal Asma’ Wal Ma’ani Wal Lughat. Kitab ini baru sampai pada pemba-hasan Shalat.
Beliau menjumpai para ahli ilmu baik dalam bidang fikih, hadits,bahasa, ushul dan yang lain, mengambil manfaat dan mereka sesuai dengan spesialisasi mereka. Dan di antara syaikh-syaikh tersebut adalah:
1. Abu Ibrahim Ishaaq bin Ahmad bin Utsman Al-Maghribi
2. Abu Hafsh Umar bin As’ad Al-Irbili
3. Abu Al-Hasan Silaar bin Al-Hasan Al-Irbili
4. Abu Muhammad Abdurrahman bin Nuuh Al-Maqdisi.
MURID-MURID BELIAU
Melalui tangannya, bermunculan para ulama besar, di antaranya adalah Sulaiman bin Hilal al-Ja’fari, Ahmad Ibnu Farah al-Isybili, Muhammad bin Ibrahim bin Sa’dullah bin Jama’ah, ’Ala-uddin ’Ali Ibnu Ibrahim yang lebih dikenal dengan Ibnul ’Aththar, ia selalu menemaninya sampai ia dikenal dengan sebutan Mukhtashar an-Nawawi (an-Nawawi junior), Syamsuddin bin an--Naqib, dan Syamsuddin bin Ja’wan dan masih banyak yang lainnya.

PUJIAN TERHADAP BELIAU
Syaikh An-Nawawi  hidup dengan meneladani para syaikh dan pendahulu mereka (para salaf), meniti jejak mereka membuat hidup beliau di penuhi dengan takwa dan qana’ah, wara’ merasa diawasi Allah baik tatkala sendiri maupun di saat ramai. Beliau tinggalkan lezatnya makanan dan mewahnya pakaian. Beliau mencukupkan diri dengan sedikit makan dan berpakaian yang sederhana.

Beliau digelari Muhyiddin (yang menghidupkan agama) dan membenci gelar ini karena tawadhu’ beliau. Disamping itu, agama islam adalah agama yanghidup dan kokoh, tidak memerlukan orang yang menghidupkannya sehingga menjadi hujjah atas orang-orang yang meremehkannya atau meninggalkannya.Diriwayatkan bahwa beliau berkata: ”Aku tidak akan memaafkan orang yangmenggelariku Muhyiddin.”

Beliau adalah manusia yang sangat wara dan zuhud. Adz-Dzahabi berkata: "Beliau
 adalah profil manusia yang berpola hidup sangat sederhana dan anti kemewahan. Beliau adalah sosok manusia yang bertaqwa, qana’ah, wara, memiliki muraqabatullah baik di saat sepi maupun ramai. Beliau tidak menyukai kesenangan pribadi seperti berpa-kaian indah, makan-minumlezat, dan tampil mentereng. Makanan beliau adalah roti dengan lauk seadanya. Pakaian beliau adalah pakaian yang seadanya, dan hamparan beliau hanyalah kulit yang disamak." Beliau selalu berusaha untuk melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar sekalipun terhadap penguasa. Beliau sering berkirim surat kepada mereka yang berisi nasihat agar berlaku adil dalam mengemban kekuasaan, menghapus cukai, dan mengembalikan hak kepada ahlinya. Abul Abbas bin Faraj berkata: "Syaikh (An-Nawawi) telah berhasil meraih 3 tingkatan yang mana 1 tingkatannya saja jika orang biasa berusaha untuk meraihnya, tentu akan merasa sulit.Tingkatan pertama adalah ilmu (yang dalam dan luas).Tingkatan kedua adalah zuhud (yang sangat). Tingkatan ketiga adalah keberanian dan kepiawaiannya dalam beramar ma’ruf nahi munkar."

WAFATNYA


Pada tahun 676 H. beliau kembali ke kampung halaman-nya Nawa, sesudah mengembalikan berbagai kitab yang dipinjamnya dari sebuah badan waqaf, selesai menziarahi makam para guru beliau, dan sehabis bersilaturrahim dengan para sahabat beliau yang masih hidup. Di hari keberangkatan beliau, para jama’ah yang beliau bina melepas kepergian beliau di pinggiran kota Damaskus, mereka lalu bertanya: "Kapan kita bisa bermuwajahah lagi (wahai syaikh)?" Beliau menjawab: "Sesudah 200 tahun." Akhirnya mereka paham bahwa yang beliau maksud adalah sesudah hari kiamat.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MADZAB TAFSIR “Pengertian, wilayah kajian dan signifikansinya”

Tafsir al-Furqan karya Ahmad Hassan “Tafsir Indonesia”

Penulisan AL-Quran atau Rasm AL-Quran