Psikologi tentang dakwah

MAKALAH
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Psikologi Dakwah”
Dosen Pengampu  :

Disusun Oleh  :
Moh.Fahmi Ilman Nafia                                    (2831133034)
Moh. Ja’far Shodiq                                            (2831133035)

FAKULTAS       : USHULUDIN
JURUSAN         : Ilmu al-Quran dan Tafsir (B)
SEMESTER: V

 

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) TULUNGAGUNG
NOPEMBER 2015


 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Dalam melakukan kegiata berdakwah pastilah tidak akan sukses tanpa adanya suatu unsur atau faktor tertentu. Sistem dakwah  tak ubahnya dengan sistem tubuh manusia, apbila salah satu  
BAB II
PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Individu
“Individu” berasal dari kata latin, “individuum” artinya “yang tidak terbagi”. Individu merupakan sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas dalam lingkunagan sosialnya, melainkan juga memiliki kepribadian serta pola tingkah laku yang spesifik.[1]
Pengertian dari kepribadian sendiri secara bahasa berasal dari kata personality (bhs Inggris) yang berasal dari kata persona (bhs. latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang.sedangkan pengertian kepribadian menurut beberapa ahli secara istilah adalah suatu totalitas psikophisis yang kompleks dari individu, sehingga nampak didalam tingkahlakunya yang unik.
Kepribadian seorang manusia terbentuk atas dua faktor, yakni faktor intern(bawaan) dan faktor ekstern (lingkungan). Adapun yang termasuk faktor dalam atau faktor pembawaan, ialah segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat kebutuhan. Kejiwaan seseorang seperti fikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan, dsb. Yang dibawa sejak lahir yang ikut menentukan pribadi seseorang. Begitu juga dengan keadaan jasmani bisa menentukan pribadi seseorang seperti panjang pendeknya leher, besar kecilnya tengkorak, susunan urat syaraf,otot-otot dll.
Sedangkan yang termasuk didalam faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar manusia. Baik yang hidup maupun yang mati. Baik tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, batu atau hasil-hasil budaya yang bersifat material maupun yang bersifat spiritual.semuanya itu ikut serta membentuk pribadi seseorang yang berada dalam lingkungan itu. Dengan demikian maka pribadi seseorang itu dengan lingkunagnnya saling mempengaruhi. Pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan begitupula sebaliknya. Dengan demikian, kita dapat mengetahui bagaimana kompleksnya perkembangan pribadi itu dan bagaimana uniknya pribadi itu, sebab tentu saja tidak ada pribadi satu benar-benar identik dengan pribadi yang lain. [2]
Para sarjana teah sepakat bahwa pribadi tiap orang itu tumbuh atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam yang sudah dibawa sejak lahir yang sering juga disebut dengan kemampuan-kemampuan dasar dan kekuatan luar yang merupakan pengaruh lingkungan dan para ahli belum menyepakati mana yang lebih dominan diantara kedua faktor tersebut.
Menanggapi persoalan tersebut para ahli mengklasifikasikan kedalam dua aliran yang saling bertentangan, yaitu kaum nativisme yang dipelopori oleh Schoupenhouer yang berpendapat bahwa faktor bawaan lebih kuat daripada faktor dari dalam. Dipihak lain ada aliran empirisme yang dipelopori oleh Joohn Locke dengan teori “tabula rasa” yang berpendapat bahwa anak sejak lahir bagaikan tabula rasa yang masih bersih dan baru akan bisa terisi apabila sudah menerima sesuatu dari luar lewat indranya. Oleh karena itu faktor dari luar lebih dominan daripada faktor dari dalam.
Melihat pertentangan kedua aliran tersebut, W. Stern, mengajukan teorinya , yang terkenal dengan “teori perpaduan” atau “teori konvergensi” yang berpendapat bahwa kedua kekuatan itu sebenarnya berpadu menjadi satu, keduanya saling mempengaruhi. Tentang kekuatan mana yang lebih berpengaruh  atau menentukan adalah tergantung kepada faktor manakah yang lebih kuat diantara kedua faktor tersebut.[3]
Secara psikologis, manusia sebagai objek dakwah dibedakan oleh beberapa aspek:
1. Sifat-sifat kepribadian (personality traits) yaitu adanya sifat-sifat manusia yang penakut, pemarah, suka bergaul, sombong dan sebagainya.
2. Inteligensi yaitu aspek kecerdasan seseorang mencakup kewaspadaan, kemampuan belajar, kecepatan berfikir, kesanggupa utuk mengambil keputusan yang tepat dan cepat, kepandaian menangkap dan mengolah kesan-kesan atau masalah, dan kemampuan mengambil kesimpulan.
3. Pengetahuan (knowledge)
4. Ketrampilan (skill)
5. Nilai-nilai (values)
6. Peranan (roles)
Ketika dakwah dilakukan terhadap seorang individu, perubahan individu harus diwujudkan dalam satu landasan yang kokoh serta berkaitan erat dengannya, sehingga perubahan yang terjadi pada dirinya itu menciptakan arus, gelombang atau paling tidak riak yang menyentuh orang lain.
Pembinaan individu harus dilakukan bebarengan dengan pembinaan masyarakat, pada saat yang sama masing-masing menunjang yang lain, pribadi-pribadi tersebut menunjang terciptanya masyarakat dan masyarakat pun mewarnai pribadi-pribadi itu dengan warna yang dimilikinya.[4]







[1] Faizah , S.Ag.,M.A  dan H. Lalu Muchsin Effendi, Lc., M.A. , Psikologi dakwah , (Jakarta: PT Adhitya Andrebina Agung, 2006), hlm 70-71.
[2] Drs. Agus Sujanto, Drs Halem Lubis dan Drs. Taufik Hadi, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) hlm 3-5
[3] Faizah , S.Ag.,M.A  dan H. Lalu Muchsin Effendi, Lc., M.A. , Psikologi dakwah , (Jakarta: PT Adhitya Andrebina Agung, 2006), hlm 71-72
[4] Ibid hlm 71-73

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH MADZAB TAFSIR “Pengertian, wilayah kajian dan signifikansinya”

Tafsir al-Furqan karya Ahmad Hassan “Tafsir Indonesia”

Penulisan AL-Quran atau Rasm AL-Quran