Tafsir al-Furqan karya Ahmad Hassan “Tafsir Indonesia”
Tafsir al-Furqan karya Ahmad Hassan
“Tafsir Indonesia”
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tafsir merupakan salah satu kajian
keilmuan yang timbul dalam rangka memberikan interpretasi terhadap al-Qur’an
karena pada dasarnya al-Qur’an sendiri terkadang sulit difahami oleh manusia,
oleh karena itu kiranya perlu adanya sarana untuk menjembatani kesenjangan
pemahaman tersebut dan tafsir mengambil peranan tersebut.
Pada awalnya tafsir tumbuh dan
berkembang di Arab, akan tetapi lambat laun tafsir mulai menyebar ke seluruh
penjuru dunia, termasuk ke Indonesia dan salah
satu tokoh yang menekuni bidang ini atau biasa yang disebut dengan
penafsir di Indonesia adalah Ahmad Hassan atau biasa dikenal dengan A.Hassan.
beliau adalah salah satu penafsir Indonesia dan karya beliau dalam bidang
tafsir adalah kitab al-Furqan.
Nah, disini kami akan sedikit
membahas tentang Ahmad Hassan dengan kitab tafsinya “al-Furqan”, bagaimana
biografi beliau, bagaimana corak dan karakteristik dari kitab tersebut dan
bagaimana latarbelakang dari penulisan
dari kitab tafsir ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Ahmad Hassan?
2. Bagaimana latar belakang
penulisan tafsir al-Furqan?
3. Bagaimana metode yang digunakan
dalam penulisan kitab tafsir al-Furqan?
4. Bagaimana corak dan karakteristik
dari kitab al-Furqan?
C. Tujuan Makalah
Tujuan dari makalah ini
adalah ingin sedikit memberikan wawasan menegenai tafsir al-Furqan, mulai dari
aspek biografi pengarangnya, yakni A.Hassan, latar belakang dikarangnya kitab
ini, bagaimana metode yang dipakai dalam penyusuna ktab ini sampai bagaimana
corak dan karakteristik dari kitab ini.
BAB II
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ahmad Hassan
Nama lengkap beliau
adalah Hassan bin Ahmad. Beliau dilahirkan di Singapura pada tahun 1887.
Lazimnya keturunan India di Singapura, nama bapak ditaruh di depan namanya,
maka jadilah nama Ahmad Hassan atau biasa disingkat A.Hassan.
Beliau adalah pemimpin
dari redaksi Nurul Islam, yakni
sebuah majalah dan sastra Tamil yang terbit di Singapura. Selain itu, beliau
juga dikenal sebagai ahli agama Islam dan kesusastraan Tamil dan kerap menulis
kitab dalam bahasa Arab.
Hassan kecil lebih
memilih dunia ilmu sebagai pergulatan hidupnya. Tak dijumpai keterangan yang
menjelaskan tentang tanggal dan bulan kelahiran beliau, yang dapat diketahui
hanyalah tempat dan tanggal meninggal beliau, yakni di Bangil(Jawa Timur) pada
tanggal 10 November 1958 pada usia 71
Menapaki jenjang
pendidikannya, beliau kerap berpindah-pindah tempat, mulai dari sekolah Melayu
hingga sekolah milik pemerintahan Inggris. Seperti umumnya anak-anak yang lain,
beliau juga belajar al-Qur’an dan memperdalam ajaran Islam, selain itu beliau
juga mempelajari beberapa bahasa, seperti bahasa Arab, Melayu, Tamil, dan
Inggris.
Memasuki usia 12 tahun,
beliau beliau sudah mulai mandiri dengan menjalani masa sekolahnya sembari
bekerja. Hal itu beliau lakukan hingga usia 23 tahun, beliau juga mempelajari
perangkat ilmu bahasa, seperti Nahwu Sharaf
A.Hassan berguru kepada
ulama-ulama yang terkenal pada zaman tersebut, seperti Haji Ahmad dari
Bukitiung, Muhammad Thaib dari Minto Road, Said Abdullah al-Musawi, Abdullah
Latif atau pamannya sendiri, yakni ulama’ yang terkenal dari Malaka Singapura,
Syekh Hassan dari Malabar dan seorang ulama dari India, Syekh Ibrahim.
Usai menuntaskan masa
pendidikannya, beliau meniti karier. Beliau pernah menjalani berbagai profesi,
mulai menjadi buruh toko, agen tekstil,
permata , minyak wangi sampai menjadi guru agama.akan tetapi semua profesi
tersebut tidak membuatnya betah tinggal di suatu tempat dan akhirnya pada tahun
1912, Hassan masuk dalam jajaran redaksi surat kabar Utusan Melayu, terbitan Singapura. Dari sinilah beliau mulai aktif
menulis sampai mencapai titik produktif.
Sampai, akhirnya pada
tahun 1921, beliau hijrah ke Surabaya dengan niat awal untuk berbisnis dan dari sinilah beliau mulai
bergumul dengan paham berhalauan modern. Walaupun benih-benih keislaman modern
sudah beliau kenal dari kecil, akan tetapi dari sinilah titik awal beliau
menjadi seorang pembaharu
Keberpihakan pada ide pemberharu
Islam mencapai klimaksnya ketika beliau bergabung dengan Peratuan Islam di
Bandung pada tahun 1915. Pada mulanya, beliau di Bandung hanya untuk meneruskan
sekolah teksti, kemudian beliau berjumpa dengan Muahammad Yunus yang merupakan
salah satu pendiri persis.perkumpaan ini berlanjut mmenjadi hubungan yang
intens. Dari situlah belau banyak terlibat dalam pengajian Persatuan Islam.
Ahmad Hassan merupakan ulama yang produktif dalam berkarya, hal tersebut terbukti
dengan banyaknya karya beliau, yakni mencapai sekitar 81 buah. Karya-karya
beliau yang terkenal diantaranya adalah Soal
Jawab (1931), Al-Furqan, Tafsir
Al-Qur’an(1931), Risalah Ahmadiyah
(1932), Islam Dan Kebangsaan(1941),
An-Nubuwah (1941), A.B.C Politik(1947), Al –Faraidh(1949), Al-Hidayah(1949), Is
Muhammad A Propeth(1951) Pengajaran Shalat(1966). Selain menerbitkan
buku-buku, ia juga rajin menulis dalam majalah dan selembaran yang cukup luas
penyebarannya.[1]
B. Latarbelakang Penulisan Tafsir Al-Furqan
Nama tafsir karya A. Hassan ini adalah Al-Furqon
Tafsir Qur’an. Tafsir ini merupakan langkah awal penerjemahan al-Quran ke
dalam bahasa Indonesia pada masa waktu abad 1920-1950 an.Tafsir ini terbit
pertama kali pada tahun 1928 sebatas pada terjemahan (tafsiran) ayat-ayat yang
dianggap perlu untuk memenuhi kebutuhaan umat Islam di Indonesia kala itu.
Karena desakan dari sejumlah anggota Persatuan Islam, akhirnya bagian kedua
tafsir ini diterbitkan pada tahun 1941, namun hanya sampai surat Maryam saja.
Dan akhirnya, penyelesaian kitab tafsir ini pun dilaksanakan pada tahun 1953
dengan bantuan Sa’ad Nabhan hingga kemudian diterbitkan tafsir ini secara
keseluruhan (30 juz) pada tahun 1956.
Alasan mengapa A. Hassan menulis tafsir ini di antaranya adalah karena desakan
keadaan yang membutuhkan ilmu demi memenuhi kepentingan umat Islam kala itu.
Selain itu juga, A. Hassan diminta agar menuliskan kitab tafsir karena memang
beliau memiliki kapasitas dalam melakukan hal itu. Dikatakan juga bahwa,
anggota Persis ingin sekali memiliki pegangan kitab tafsir sehingga mereka
lebih mudah memahami al-Quran.
Menurut apa yang dituliskan dalam kata pengantar kitab tafsir ini oleh Dr.
Zuhal Abdul Qadir, kitab tafsir al-Furqon ini telah mengalami perefisian
beberapa kata atas permintaan keluarga A. Hassan serta pemerhati kitab. Hal ini
dikarenakan perkembangan kosa kata bahasa Indonesia yang dialami seiring
berkembangnya zaman terutama setelah ditetapkannya Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disemprnakan serta kamus-kamus bahasa Indonesia lainnya.[2]
C. Metode Kitab Tafsir Al-Furqan
Tafsir al-Furqan Ahmad
Hassan ini memiliki perbedaan yang mencolok dengan tafsir-tafsir klasik
sebelumnya yang telah digolongkan masuk dalam kelompok tafsir ijmāliy,
semisal Tafsīr al-Qur’ān al-Karīm karya Muhammad Farid Wajdi dan Tafsīr
Jalālayn karya Jalaluddin al-Suyuti dan Jalaluddin al-Mahalli. Kalau kedua
penafsir yang disebutkan belakangan memasukkan tafsirannya ke dalam teks ayat
secara bersambung, maka tidak demikian halnya dengan Ahmad Hassan. Tafsirannya
semuanya berbentuk catatan kaki. A.Hasan menggunakan lebih pada metode Ijmali
(harfiah/kata perkata) juga secara mushafi diawali dengan surah al-Fatihah
sampai surah an-Naas.
Beberapa point yang
menggambarkan metode dalam Kitab Tafsir al-Furqan yang digunakan A.Hasan:
- Ijmali.
- Isi tafsirannya diposisikan seperti catatan kaki.
- Tidak terikat dengan mazhab manapun dari sang penafsir.
- Fokus kepada makna dari setiap kata yang dimaksud.
- Metode Maknawi disini, lebih kepada penjelasan secara lebih
sederhana tentang kata dari ayat yang dimaksud.
D. Corak dan Karakteristik Dari Kitab Al-Furqan
Dengan melihat latar belakang
pendidikan dan ilmu-ilmu keislaman yang dimiliki oleh Ahmad Hasan maka dengan
mudah kita akan mengetahui pemikiran dan corak yang digunakan dalam tafsirnya
Al-Furqan. Pada umumnya, kebanyakan para mufassir itu dalam menafsirkan
al-Quran lebih dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya khususnya keilmuan
yang (dominan) dimilikinya.
Menelusuri karya-karya
Ahmad Hasan sebenarnya bisa memberikan gambaran tentang corak dari
karya-karyanya baik yang berkaitan dengan tasawuf, fiqh, teologis, ilmi dan sosial.
Begitu pun juga dengan melihat penafsiran-penafsirannya terhadap ayat-ayat
al-Quran.
Dalam Tafsir Al-Furqan
sendiri terdapat beberapa corak penafsiran di antaranya corak ilmi dengan
alasan dalam tafsir ini terdapat tema-tema penafsiran seperti kesehatan,
botani, astronomi fisika, geologi. Selain itu, terdapat pula corak kebahasaan
dalam tafsir ini. Hal ini dapat dilihat dengan penjelasan Ahmad Hasan mengenai
ayat-ayat mutasyabihat serta penjelasan mengenai huruf diawal surat.
Hal ini diperkuat oleh
keterangan lansung dari Ahmad Hasan dalam ucapannya “ketika saya melakukan
penafsiran sedapat mungkin saya mencari sebuah kata yang tepat untuk
menjelaskan suatu ayat, setelah itu saya menterjemahkan dan menafsirkannnya”.
Sebagai contoh kata a-manna-billa-hi yang biasanya diterjemahkan dia
percaya dengan Allah, akan tetapi Ahmad Hasan menerjemahkannnya dengan dia
percaya kepada Allah.
Disini dapat dilihat
bahwa Ahmad Hasan sangat berhati-hati dan teliti dalam menafsirkan ayat-ayat
Al-Quran karena pekerjaan itu tidak mudah dan sangat kompleks serta adanya
keinginan penulis untuk memudahkan pembaca dan masyarakat Islam dalam memahami
makna Al-Quran, menjadikan pedoman dan menggugahnya agar selalu berinteraksi
secara lansung dengan al-Quran.
Jadi, corak penafsiran
yang paling dominan dalam Tafsir Furqan ini adalah corak kebahasaan. Dengan dua
alasan : pertama, bahwa tafsir ini sampai pada tahap terakhir penerbitannya
lebih difokuskan pada penyuntingannya berdasarkan tata bahasa Indonesia yang
belaku terutama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD).
Kedua, metode penerjemahan dari harfiah ke maknawiah yang diterapkan oleh Ahmad
Hasan adalah bukti lain dari corak kebahasaan yang begitu kental dalam tafsir
Al-Furqan ini. Inilah yang membedakan dengan penafsiran-penafsiran yang
dilakukan sebelumnya ketika beliau menafsirkan juz amma lewat tafsir
Al-Hidayahnya. Dan menjadi ciri khas pemikiran Ahmad Hasan dalam menerjemahkan
dan menafsirkan ayat-ayat al-Quran.
Tafsir al-Furqon ini merupakan tafsir yang
simple namun mengandung banyak makna. Selain terjemahan (tafsiran) dari
al-Quran itu sendiri, tafsir ini pun mengandung berbagai macam penjelasan mulai
dari keterangan mengenai tafsir ini sendiri serta sang pengarangnya walaupun
secara singkat namun cukup memberikan gambaran bagi kita. Selain itu, tafsir
ini juga menjelaskan hal-hal yang berkenaan dengan al-Quran mulai dari sejarah
turunnya al-Quran, pemberian tanda baca al-Quran hingga makna dari kata-kata
kunci yag terdapat dalam al-Quran. Guna lebih memperjelas lagi, maka berikut
ini adalah sistematika tafsir al-Furqon:
1. Pada bagian covernya tertuliskan judul
tafsir serta pengarang tafsir ini.
2. Berikutnya dicantumkan nama tim penyunting
serta penerbit.
3.
Selanjutnya
pada halaman V adalah kata pengantar dari Prof. Dr. Ir. Zuhal Abdul Qadir,
M.Sc.E.E. yang diikuti dengan kata pengantar dari tim penyunting hingga halaman
IX. Pada halaman X dijelaskan mengenai huruf-huruf serta car abaca huruf
Arab.
4.
Mulai dari halaman XI hingga XXX adalah pendahuluan
dari A. Hassan sendiri yang terdiri dari 33 pasal di antaranya mengenai cara
menerjemahkan, sejarah turunnya al-Quran, pengumpulan dan penyusunan al-Quran
dan lain sebagainya.
5.
Pada halaman XXXI hingga XXXV adalah glosarium yakni
makna dari beberapa kata penting dalam al-Quran. Seperti ‘Alamin yang
diartukan alam semesta, Aku/-Ku yang merupakan kata ganti untuk Allah dan orang
pertama tunggal.
6.
Halaman XXXVI sampai XL adalah penjabaran oleh Abdul
Qadir Hassan mengenai tema-tema dalam al-Quran serta dituliskan nama surat
serta ayat tentang tema tersebut. Kemudian penelusuran pokok-pokok ajaran Quran
yang di tulis oleh Zuhal Abdul Qadir.
7.
Kemudian pada halaman LXXI adalah daftar isi yang juga
terdapat nama-nama surat dalam bahasa Arab serta arti dari nama setiap surat
tersebut dalam bahasa Indonesia mulai dari al-Fathihah sampai an-Nas serta
tema-tema yang dibahas di dalam setiap suratnya sampai halaman XC.
8.
Hingga mulailah terjemahan (tafsiran) al-Quran dari
halaman 1 sampai halaman 1099. Susunannya pada awal beliau menuliskan nama
surat dengan bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang disertai pula dengan
artinya. Lalu urutan surat, jumlah ayat serta status surat tersebut (Makkiyah
atau Madaniyah). Berikutnya adalah mukadimah dan bismillah kemudian redaksi
Arab surat tersebut dengan terjemahannya (tafsirannya). Terdapat juga di bagian
bawahnya catatan kaki walaupun tidak semua surat terdapat catatan kaki seperti
surat Quraisy yang tidak terdapat catatan kaki.
9.
Pada halaman terakhir dituliskan tanda tashih dengan
bahasa Arab pegon.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ahmad Hassan adalah seorang penulis dari kitab
tafsir al-Furqan. Beliau lahir di Singapura dan meninggal di bangil. Selama
hidupnya beliau menuntut ilmu kepada ulama-ulama yang terkenal pada masa
tersebut, selain itu beliau juga sangat aktif dalam pergerakan pembaharuan
Islam. Kitab tafsir yang beliau tulis menggunakan metode ijmali, karena
menggunakan metode penafsiran kata per kata, selain itu beliau juga menggunakan
metode mushafi karena tafsir beliau disusun mulai dari surat al-Fatihah sampai
surat an-Nas. Corak yang lebih dominan dari kitab ini adalah corak lughawi (kebahasaan).
dimana saya bisa menemukan kitab tafsir al-furqon sunda yang asli???/
BalasHapus